Patria di antara para ladies PM IX Majene
Namanya Patria Hertana.
Seseorang yang tak disangka-sangka berasal dari Aceh. Wajah dan gaya bahasanya
sulit untuk dikaitkan dengan Aceh. Kulitnya yang putih, rambut yang tidak
terlalu lurus, gigi depan yang hampir seperti gigiku (jarang), dan segala yang melekat
pada dirinya tidak dapat menjelaskan kepada kita tentang asal usulnya.
Biasanya, orang seperti ini dapat dikenali dari logat bahasa yang dipakainya.
Itu juga tidak menggambarkan apa-apa tentang dirinya.
Perlu penjelasan
langsung dari dirinya, barulah kemudian kita bisa yakin bahwa ia berasal dari
Aceh. Mungkin, lima tahun lebih ia di Bandung menjadi faktor utama mengapa diri
dan logat yang dipakainya sulit ditebak. Padahal, ia sekolah di Tamiang dan akhirnya
SMA di Banda Aceh. Kami tidak ketemu di ujung Indonesia itu karena, saat aku ke
Banda dia justru ke Bandung. Tapi namanya takdir, pertemuan kami pun tak
diduga.
Patria adalah orang yang
mula-mula meyakinku bahwa aku tidak akan sendirian nantinya. Mula-mula tidak
berarti yang pertama. Ia seperti al-sabiquna al-awwalun dalam
Islam. Maksdunya, di antara banyak teman, ia juga bagian dari orang-orang yang
kukenal setelah Ahmad Gusra dan Fajri Alfalah. Sebelumnya sih ada juga yang
menegur duluan, tapi tidak terlalu kuperhatikan apalagi sampai menyelidiki
tentangnya—sebagaimana beberapa Pengajar Muda (selanjutnya disingkat dengan PM)
melakukan penyelidikan terhadap PM lainnya.
Sebagai putra Aceh yang
kuliah di Bandung, apalagi jurusan yang diambilnya begitu jarang diminati oleh
orang Aceh (di Aceh sendiri tidak ada jurusan itu), Patria jelas bukan orang
sembarangan. Dalam hal kata-kata, aku tidak meragukan keahliannya. Termasuk di
antara keahliannya adalah menterjemahkan kosa kata yang kuucap ke bahasa yang mudah
dimengerti orang lain. Di antara mereka bertujuh, hanya Patria yang benar-benar
mengerti seluruhnya kata yang kupakai. Sedangkan Rina, sedikit mengerti karena
punya teman yang rumahnya dekat dengan kampung halamanku.
Kalau kata Oci (Okky
Amalia Pratiwi), Patria adalah pria yang paling rapid an bersih dari tiga cowok
PM penempatan Majene. Mungkin karena faktor kulitnya yang putih kali ya. Ebi
dan aku kulitnya kuning kecoklat-coklatan. Jadi, wajarlah Patria terlihat
demikian (susah amat sih ngakuinya, he he he). Tapi, semua bakal setuju bahwa
yang paling lama bersih-bersih (mandi) bukanlah Patria. Bukan juga cewek-cewek.
Yang paling lama mandi itu justru Ebi. Semestinya, Ebi lebih bersih menurutku.
Tapi, ini jika disepakati bahwa mandi untuk bersih-bersih, bukan main air.
Segala perbincangan akan
menarik dan menantangku untuk lebih progresif dalam menjawab pertanyaannya. Ia
tipe orang yang rasional, sehingga cenderung tidak puas jika dijawab
berdasarkan ketentuan yang rumit dan kaku. Demikian pula ia, ia memberiku
pandangan baru atau kadang mengkritik apa yang sudah kuyakini. Tanpa
membanding-bandingkan—karena hidup bukan sebuah perbandingan, Patria Hertana
telah menjadi bagian dari cerita hidupku. Sebagaimana doaku untuk teman
lainnya, semoga apa yang baik menurut Allah, adalah apa yang diinginkan Patria.